Kamis, 07 Februari 2013

Sang Pangeran

 "Akulah pangeran dangdut, yang akan mengguncang duniaaaaaa......" suara lengkingan penyayi dangdut muda terdengar nyaring dari loudspeaker penjual donat keliling di depan kontrakan rumahku sore itu.
Sejenak aku terpaku mendengar suara nyanyian itu, sejurus kemudian pikiranku berlari kebelakang. Jauh kebelakang ke masa kecilku, masih teringat sangat jelas dalam ingatanku lagu itu menjadi lagu favorit yang diputar oleh radio radio swasta kala itu. Hampir setiap hari lagu itu diputar, dan hampir semua anak seumuranku kala itu hafal lirik dari lagu itu.... Terutama di kotaku yang notabene adalah kota kelahiran sang pelantun lagu tersebut. Jika tidak salah lagu itu menjadi hit pada tahun 1990-an, kala itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SMP (SLTP sebutannya sekarang)
Suara dengan lengkingan nada tinggi menjadi ciri khas pelantun lagu tersebut, judul lagunya "Pangeran Dangdut" mungkin diantara pembaca ada yang mengenalnya? Atau minimal pernah mendengarnya, atau justru dahulu pernah menjadi salah satu fans-nya?? Hehehe..... Pembawaan pelantun lagu pangeran dangdut tergolong cuek, percaya diri dan sedikit terkesan sombong (mungkin ini kesan yang tertangkap dari video clip pangeran dangdut) Kala itu pelantun lagu pangeran dangdut masih bersekolah di bangku kelas 1 SMP Negeri II di kota Jepara (mohon koreksinya jika aku salah ya...) Nama dari pelantun lagu tersebut adalah Abimanyu Ngesti atau lebih dikenal dengan Abiem Ngesti, terlahir 30 Oktober 1978 di Jepara. Terlahir sebagai sulung dari 3 bersaudara, dibesarkan bukan dari keluarga mampu tapi hanya dari keluarga biasa.
Kebetulan dulu aku dekat sosok Sang Pangeran ini, aku tau benar sifat dan karakternya. Jauh sebelum ia terkenal dengan lagu Pangeran Dangdut, ia adalah anak yang ulet, tidak mudah menyerah dan tergolong bandel. Hobi utamanya adalah sepakbola dan sangat mengidolakan Diego Maradona kala itu....
Ia punya banyak teman karena sifatnya yang suka menolong, masih aku ingat sebagian nama dari sahabatnya kala itu... Agung, Arik dan Dwi (maaf jika aku salah sebut nama ya guys, karena sudah lama sekali kala itu hehehe) Setelah namanya terkenal Abiem kemudian pindah ke ibukota negara, di perumahan Jatiwaringin Antilope Pondok Gede.Namun begitu pembawaannya tidak berubah, tetap seperti dahulu sebelum ia menjadi penyayi terkenal... Banyak album yang sudah ia lempar ke pasaran, tapi hanya sebagian yang meledak dipasaran kala itu..... Bahkan lagu terakhirnya Dasyat pun belum sempat ia nikmati hasilnya.
Mungkin dari sebagian dari pembaca ada yang lebih mengenal sosok Abiem Ngesti, tapi menurut penilaian aku pribadi sosok Abiem Ngesti adalah sosok yang berwibawa, penuh talenta dan jujur. Mungkin ini adalah nilai nilai yang ditanamkan sejak kecil dari kedua orang tuanya dan keluarganya.
Sayang sosok Abiem Ngesti kini telah tiada, ia berpulang pada 19 Agustus 1995 dalam sebuah kecelakaan. (mohon koreksinya jika aku salah lagi ya...) Mungkin jika ia masih hidup maka ia akan bisa menikmati glamournya kehidupan selebritis, tapi kehendak Tuhan YME berkata lain...
" Ada apa melamun pah? " tanya istriku membuyarkan lamunanku, sesaat kemudian aku hanya tersenyum. "Abiem" jawabku singkat.. Tiba tiba dada ini terasa sesak, mata ini menjadi berat dan berair.........
"Semoga Tuhan YME mengampuni semua dosa dan memberikan tempat yang jauh lebih indah dari tempatmu di dunia fana ini dek.... Sampaikan salamku untuk mama & dek sakti pula"
Doaku menjadi penutup lamunanku sore itu.....................
(Rusunawa 05/02/2013)


Senin, 28 Januari 2013

Entah kapan

"Kalo aku kaya papah mau aku belikan mobil kaya gitu?" itu ucapanmu padaku saat terlintas sebuah mobil warna putih keluaran terbaru. Terhenyak sesaat akan kata-katamu, tapi sejurus kemudian aku anggukkan kepala seraya berucap "amin...." menutup doaku agar ucapanmu terlaksana kelak.
Bukan mobil itu yang aku harapkan dari doaku, tapi ucapanmu tentang kelak kamu menjadi kaya. Jauh di dalam bathinku aku menangis, sebuah ucapan refleks yang terlontar dari mulut kecilmu dan aku tau itu adalah harapan terbesarmu... Iya nak, papamu bukanlah orang kaya seperti mereka yang kamu lihat. Papamu bukanlah seseorang yang bisa membeli sebuah mobil berharga ratusan juta rupiah. Bahkan papamu pun hanya mampu mengontrak sepetak rumah kecil di kompleks rumah susun di kota ini, yang pembayarannya pun dengan sistem sewa tiap bulan bukan tiap tahun.
"Kenapa pah?" tanyamu membuyarkan lamunanku, "Papa menangis? Papah sakit?" tanyamu lagi seolah khawatirkan kondisiku. "Hmm tidak nak, mata papah kena debu" sembari kuusap air mataku yang sebentar lagi jatuh. Kuhela napas panjang seolah ingin melepaskan semua beban yang saat ini aku sandang. Kutatap lekat wajah polosmu dengan sungguh-sungguh.Terima kasih Tuhan atas karuniaMu padaku, terima kasih telah berikan padaku seorang anak yang sangat perhatian padaku. Justru aku malu terhadap diriku sendiri, malu karena aku justru terlalu sering mengeluh akan keadaan mengeluh akan semua cobaan hidup. Bukan berusaha untuk mensyukurinya, melewati semua rintangannya dan berusaha menyemangati diri sendiri...
Saat anak-anak seusiamu terlalu sibuk dengan banyak permintaan dan keinginan, justru kamu malah menawariku sebuah harapan. Ini yang aku banggakan darimu nak, ujarku lirih sembari mengelus rambutmu.
Sesaat kemudian kuajak dirimu kembali menyusuri jalanan kota untuk sekedar melepas penat, sepanjang jalan kamu banyak bertanya banyak bercerita dan banyak berharap akan kehidupan yang jauh lebih baik  kelak. Ya untuk pola pikir seusiamu, definisi hidup bahagia adalah hidup berkecukupan punya rumah, punya mobil dan bisa berbelanja di supermarket besar. Wajar karena umurmu baru menginjak 5 tahun, dulu saat aku seusiamu pun sering aku berharap sepertimu.
"Dek, jika kamu ingin kaya kelak kamu harus rajin belajar. Rajin bersekolah agar pandai dan kelak bisa bekerja dengan gaji yang besar" ucapku padamu. "Kalo pandai berarti bisa kaya pah? Berarti orang kaya pandai-pandai semua pah?" tanyamu. "Berarti dulu papah tidak pandai dong" ujarmu sambil menatapku, tatapan mata yang sangat dalam. Sejenak aku terkejut dengan pertanyaanmu, aku tersenyum dan sembari mengajakmu bercanda segera kujawab pertanyaanmu "Iya papah dulu kurang pandai, makanya papah tidak kaya" Hmmm mungkin itu adalah jawaban yang pantas bagimu, pantas dengan pola pikir seusiamu.
Tapi kelak dengan bertambahnya umurmu maka kamu akan mengerti. Bahwa tidak hanya kepandaian yang harus dipunyai namun banyak faktor pendukungnya dibalik semua itu.
Percakapan sore itu seolah mencambukku untuk lebih bersemangat lagi, meski tidak seperti kamu harapkan tapi aku akan berusaha lebih baik dari sekarang. Ini janjiku padamu nak...... Kuhela napas panjang lagi, seolah ingin rasanya kulepaskan sejenak beban yang membebani pundakku saat ini. Terdiam sambil memandang kepulan asap rokokku yang terbang tidak beraturan... "Hidup ini berat nak, hidup ini rumit nak dan hidup ini tidak selalu sesuai keinginan kita nak..." gumamku sendiri. "Tapi bagaimanapun juga kita harus mensyukurinya dan kita harus selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari saat ini"
Terima kasih nak atas perhatianmu, terima kasih nak atas lecutan semangatmu, aku akan berusaha sekuatnya untuk dapat mewujudkan impianmu dan akan selalu berdoa agar ucapanmu menjadi nyata kelak dikemudian hari. Entah kapan itu.......
(alun-alun kudus 25 januari 2013)

Jumat, 18 Januari 2013

Sekedip mata

"Mohon maaf bapak ibu mas mbak,kami mengganggu numpang koret koret....." Itu adalah penggalan awal kata-kata yang diucapkan para saudara kita yang kebetulan berprofesi sebagai pengamen dalam bis antar kota antar provinsi yang saya tumpangi pagi ini..
Sejurus kemudian terdengar lantunan lagu-lagu khas pengamen, yang rata-rata adalah tembang dalam versi dang dut. Tidak selang berapa lama kemudian mereka mengakhiri lantunan lagu yang mereka bawakan sembari salah seorang dari mereka berputar menyodorkan bekas bungkus permen sebagai tempat menampung recehan dari para penderma.
Sepintas tidak ada yang salah dari keberadaan mereka, tapi jika untuk orang seperti saya yang nota bene pulang pergi setiap hari dengan jam yang sama otomatis keberadaan mereka sudah bisa saya hapal jam dan tempatnya. Bukan merasa terganggu, bukan juga merasa risih dengan keberadaan mereka tapi justru membuat saya berpikir... Ini keterpaksaan atau justru menjadi pekerjaan mereka?
Karena saya melihat sebagian besar dari mereka justru usia sekolah yang seharusnya menuntut ilmu untuk masa depannya kelak.
Pernah saya tanyakan pada seseorang dari mereka tentang hal itu, jawaban mereka adalah "Sekolah butuh biaya banyak pak, lha kita orang miskin....."
Ooooooo ini jawaban sekaligus alasan mereka mengamen pikir saya, kemudian saya beranikan diri untuk bertanya tentang penghasilan mereka. "Tidak tentu pak,yang penting kami bisa makan dan beli kebutuhan kita sendiri..."
Hmmm jawaban yang diplomatis hehehe, sembari tersenyum saya tawarkan sebatang rokok untuknya.
Dari sini justru saya menjadi tertarik untuk menelaah perjuangan mereka, simple cuek dan terkesan semau gue. Apakah tidak seharusnya pemerintah mau sedikit lebih serius melirik nasib mereka - mereka ini ??
Jika selama ini didengungkan sekolah gratis, lapangan kerja luas dan seterusnya versi pemerintah, ternyata di lapisan paling bawah justru fenomena pengamen jalanan ini bagai gunung es yang semakin tinggi dan semakin dingin.
Disini saya tidak dan bukan menyalahkan pemerintah apalagi menyalahkan mereka para pengamen jalanan, karena saya paham benar bahwa semua telah sesuai dengan porsinya tentunya....
Hanya jika saya boleh berpendapat, maka akan lebih bijaksana jikalau pemerintah dalam hal ini tingkat pemerintahan paling rendah mau mendata, untuk kemudian duduk bersama mencari solusi bagi mereka para pengamen ini.. Saya sadar ini bukan masalah mudah, karena semua berkesinambungan atau terkait satu degan yang lainnya. Tapi jika pemerintah mau sedikit saja atau lebih tepatnya melihat mereka meski hanya sekedip mata untuk mereka, mungkin akan ada banyak hal yang bisa diberikan oleh pemerintah untuk mereka.... Semoga saja, sejurus kemudian saya dikejutkan teriakan sang kondektur bis meneriakkan lokasi dimana saya harus turun. Maka dengan tergesa gesa saya segera beranjak dari dudukdan segera melesat turun dari bis antar kota antar provinsi bercat merah itu...............

Senin, 14 Januari 2013

Sepucuk surat untuk anakku tercinta

Yang tercinta anakku,
Aku harap ketika nanti aku semakin tua, kamu mau memahamiku dan memiliki kesabaran untukku
Jika suatu ketika aku tidak sengaja menjatuhkan piring atau gelas yang sedang aku pegang, atau menumpahkan isinya diatas meja makan. Semata mata karena penglihatanku yang mulai berkurang
Aku berharap kamu tidak memarahiku....
Karena orang tua itu sangat sensitif nak, saat mendengar teriakan yang ditujukan padanya.
Yang tersayang anakku,
Saat pendengaranku kelak semakin buruk dan aku tidak bisa mendengar ucapanmu secara jelas, mohon untuk tidak memanggilku tuli !! Mohon kiranya kamu ulangi ucapanmu atau kamu tuliskan saja agar aku bisa membacanya...
Maafkan aku anakku, ketika kelak lututku mulai lemah aku berharap kamu memiliki kesabaran untuk membantuku berdiri dan juga memapahku berjalan. Seperti bagaimana dulu aku selalu membantumu belajar berjalan...
Yang terkasih anakku,
Aku mohon jangan merasa bosan padaku, ketika aku terus mengulangi apa yang aku katakan seperti kaset rusak. Aku harap kamu mau terus dengarkan ucapanku
Tolong jangan mengejekku atau bosan padaku nak...
Apakah kamu ingat saat kamu masih kecil dahulu dan kamu menginginkan mainan ? Kamupun akan terus mengulangnya tanpa bosan hingga kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan bukan...?!
Aku berharap kamu bisa sabar denganku saat aku selalu rewel, ini semua bagian menjadi tua
(kamu pun akan mengerti saat kelak kamu menjadi tua)
Anakku,
Ketika saatnya tiba.......mungkin aku hanya bisa terbaring sakit, aku berharap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku. Maaf jika selama ini aku belum bisa membahagiakanmu
Ketika kelak aku bertemu Sang Pencipta, aku akan berkata padaNya agar selalu memberi berkah padamu..
Karena kamu mencintai papamu.
Terima kasih atas semua perhatianmu nak, terima kasih atas senyumanmu nak dan juga terima kasih atas dekapan sayangmu padaku nak.......

Senin, 07 Januari 2013

Nrimo Ing Pandum

Sepertinya dalam kehidupan ini terlalu banyak yang rumit, terlalu banyak yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Ya, itulah kehidupan dengan segala permasalahannya.. Saya disini akan mencoba sedikit mengangkat sisi lain dari kemewahan..
Seperti kita tahu bahwa setiap orang akan berharap hidup nyaman, tentram dengan segala kemewahannya (saat ini kita melihat bahwa orang yang bisa hidup mewah pasti nyaman)
Saya hanya ingin mencoba membawa anda pada sisi kebalikan dari kemewahan tadi, saat kita melihat orang lain yang lebih kaya secara finansial dari kita otomatis kita akan merasa iri (coba dicerna perlahan...benar atau salah?) Pikiran kita akan segera dipenuhi banyak pertanyaan dan bahkan terkadang keluhan. "Andai aku bisa kaya seperti ia maka aku tidak perlu repot memikirkan hutang", "Jika aku punya mobil mungkin aku tidak akan repot untuk berdesakan dalam angkutan umum ini" dan mungkin akan banyak lagi andai andai yang lain yang muncul.. Dan yang paling extrem adalah jika muncul hal seperti : "Apa pekerjaan ia hingga bisa se kaya itu?", "Uang dari mana yang ia dapat untuk semua itu??"
Sebagian dari kita memang diberikan kenikmatan berupa kemewahan, sebagian lagi tidak (mungkin aku juga termasuk dalam golongan yang tidak ini tadi hehehe) Sama seperti anda, saya pun terkadang merasa rendah diri, merasa dikesampingkan oleh keadaan tersebut. Tapi mari kita coba sedikit melongok lebih dalam lagi tentang kekurangan / ketidak beruntungan kita saat ini, mungkin kita sendiri yang merencanakannya di masa lampau atau memang justru itu NASIB kita....... Kita buka satu-satu :

  • Kita merencakan keadaan dari masa lalu kita, mungkin dulu kita terlalu banyak bermalas - terlalu banyak menggantungkan pada orang tua - terlalu terbuai dengan keadaan sehingga sekarang kita mendapatkan hasil yang boleh dibilang kurang beruntung.
  • Itu adalah nasib, dari jaman kakek nenek saya ya memang sudah kurang beruntung (sambil bersungut sungut & cemberut) 
Coba kita gali lagi, apakah dengan kekayaan kita akan otomatis merasa nyaman? tentram? damai?
Dulu saya dihadapkan juga dengan pertanyaan diatas, dan saya tegas menjawab "PASTI NYAMAN, TENTRAM DAN DAMAI, LHA WONG SEMBARANG KETURUTAN KOK.."
(Mungkin anda juga akan setuju dengan jawaban saya bukan??)
Ternyata jawaban saya tidak sepenuhnya benar, mengapa? Karena ternyata tidak semua orang yang beruntung secara finansial merasa nyaman. Kenapa? Banyak faktor, ada yang merasa was was akan keselamatan mereka, ada yang merasa takut menjadi miskin dan selalu khawatir dan ada juga yang merasa tidak sepenuhnya diterima dilingkungannya karena takut dianggap sombong dengan semua yang dimilikinya.
...........................coba anda cerna perlahan kalimat diatas........(boleh sambil membayangkan)...................
Sudah?? Bagaimana, anda setuju atau tidak dengan kalimat diatas? Jika setuju berarti anda sudah bisa mensyukuri apa yang anda miliki sekarang tanpa harus merasa iri terhadap mereka yang lebih beruntung pastinya hehehe...
Ooooo ada yang tidak setuju rupanya? Begini, saya akan beri sedikit perimbangan dengan kalimat / situasi diatas. Jika kita tidak begitu kaya, tidak begitu beruntung secara finansial maka kita akan lebih merasa

  1. Aman, karena apa yang akan di incar orang lain jika kita hanya hidup sederhana?
  2. Kita tidak akan takut miskin, justru kita akan takut menjadi kaya (terbiasa naik angkutan umum, tiba2 membawa mobil pribadi. maka otomatis kita akan memikirkan berapa uang yang akan dikeluarkan untuk membeli bbm hehehe)
  3. Diterima lingkungan, maaf jika ini saya pikir tergantung dari karakter masing masing personalnya. Bisa diterima lingkungannya atau tidak... Ingat kita adalah mahkluk sosial.
Nah, jika sudah membaca - mencerna - menelaah kalimat diatas saya harap anda bisa sedikit lega. Bukan maksud saya untuk mendiskriminasikan golongan tertentu disini, tetapi saya hanya ingin memberikan sedikit pengalaman pribadi saya saja....
Karena menurut saya pribadi semua yang diberikan oleh Tuhan YME kepada kita adalah baik adanya, tinggal bagaimana kita bisa melihatnya dari sisi lain hal tersebut...... Nrimo ing pandum ini adalah kata kata dari eyang saya yang selalu saya ingat & usahakan untuk merealisasikan dalam kehidupan.

Minggu, 06 Januari 2013

Maafkan Aku Nak....

Melihatmu terlelap pulas dalam tidurmu mengingatkanku pada ucapanmu sore tadi, yang kemudian berujung pada marahku..
"Pah, aku mau main diluar sebentar ya?" ucapmu lirih kala itu, kutengok wajahmu dengan bola mata mengiba.
"Jangan sekarang, diluar masih hujan..." jawabku datar kala itu sambil terus melanjutkan membaca majalah mingguan yang baru saja dibeli ibumu siang tadi.
"Mah......ak boleh main diluar? Cuma liat tok kok,ga ikut main temen-temenku kok" kudengar suaramu merajuk lirih pada ibumu. Entah bagaimana dan apa yang sebenarnya merasukiku kala itu, serta merta ku letakkan majalah dan sejurus kemudian aku sudah berdiri tepat dihadapanmu..
"Papa sudah bilang, ga usah main diluar!!" hardikku padamu, kulihat kau tersentak kaget karena tidak akan menyangka aku menghardikmu sekeras itu. Sesaat setelahnya kau terdiam tanpa kata dan merebahkan tubuh mungilmu di tempat tidur sambil menutup wajahmu dengan guling kesayanganmu...
"Pah, papah kenapa kok tiba-tiba membentak seperti itu?" tanya istriku "Tidak apa-apa, aku hanya ingin tenang. Jadi tolong tidak usah berisik saat aku igin tenang" jawabku sambil berlalu dari hadapan istriku dan kembali melanjutkan membaca....
Satu jam berikutnya, kala suasana sudah sepi. Tak ada lagi suara anak-anak yang berlarian, kutertegun sendiri. Ingatanku kembali disaat aku masih kanak-kanak, dimana dimasa itu yang ada dalam pikiranku adalah bermain, bermain dan bermain.... Segera kutengok ke dalam kamar, kudapati dirimu tergolek lelap dalam mimpimu dan masih memeluk guling kesayanganmu. Tak terasa menitik air mata ini melihatmu......
"Papah kenapa?" tanya istriku, "Aku berdosa ma, aku tidak memberikan kesempatan dan bahkan aku sudah membentaknya padahal ia tidak membuat kesalahan sama sekali" jawabku lirih. Mana mungkin permintaan ijin dianggap sebagai kesalahan??
Kudekati tubuh mungilmu, kubelai rambut hitammu, kucium keningmu.... "Maafkan papa-mu ini ya nak..."
Tidak seharusnya dirimu ikut merasa apa yang aku rasakan, tidak seharusnya dirimu yang menjadi sasaran dari kebingungan dan beban-bebanku, tidak seharusnya dirimu mendapatkan bentakkan tanpa sebab seperti itu. Sedangkan umurmu pun baru menginjak 5 tahun, dimana seharusnya ini adalah masa dimana dirimu mendapatkan semua kebahagiaan, mendapatkan waktu untuk bersosialisasi bersama teman-teman seusiamu, mendapatkan pengalaman dari pergaulanmu.
Dari sini aku mendapatkan pelajaran berharga, bahwa membahagiakan itu ternyata sangat sulit. Membuat dirimu bahagia dengan sekedar bermain diluar bersama teman-temanmu saja aku tidak. Hanya karena egoku, hanya karena jiwaku sedang tidak bahagia saja aku mengorbankan kebahagiaanmu...
"Sekali lagi maafkan aku nak, maafkan atas ucapan papa tadi..Maafkan bentakan papa padamu tadi nak" ucapku lirih ditelingamu sambil memeluk erat tubuh mungilmu.

Sabtu, 05 Januari 2013

Ini adalah posting pertama saya, mungkin akan banyak kesalahan penggunaan bahasa atau bahkan akan banyak kesalahan dalam membuat posting. Mengingat ini adalah postingan pertama maka ijinkan saya mengucap salam perkenalan bagi siapapun yang notabene jauh lebih senior diatas saya dalam pembuatan blog ataupun kepada blogger yang ada.
Secara singkat ingin saya sampaikan jika ada yang berkenan untuk mensupport, membantu saya untuk bisa menjadi seorang blogger yang baik maka saya akan sangat merasa terhormat sekaligus tersanjung.....
Terima kasih dan salam hormat untuk semua.......